Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia dan tidak
bisa dipungkiri bahwa keberadaan persawahan di Indonesia sangat penting untuk
menjaga ketersediaan padi bagi seluruh rakyat Indonesia. Tentu areal persawahan
yang bisa ditemukan di Indonesia cukup luas, tetapi bukan berarti seluruh area
persawahan tersebut akan selalu sukses dengan panenan padi yang melimpah. Ada
banyak hal yang menyebabkan gagalnya panen padi petani, tetapi salah satu sebab
yang sangat berpengaruh pada kegagalan tersebut adalah serangan hama yang
terkadang bisa sangat ganas hingga panen tidak bisa maksimal.
Berbagai
macam hama telah teridentifikasi sebagai sebab berkurangnya atau bahkan
gagalnya panen padi di berbagai daerah di Indonesia dan hama tikus merupakan
salah satu hama padi yang sangat menakutkan bagi banyak petani di Indonesia.
Setipa tahun, sekitar lebih dari 17% areal persawahan diserang oleh hama tikus.
Hal ini bisa terjadi akibat keterlambatan petani untuk mengendalikan hama tikus
serta monitoring petani yang kurang akan perkembangan tikus di areal persawahan
mereka.
Pengendalian hama tikus harus dilakukan secara terpadu oleh pemilik area persawahan sehingga tikus tidak akan berpindah dan berputar dari salah satu area persawahan ke area lain terus menerus. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh banyak orang agar populasi tikus di area persawahan bisa dikendalikan karena sangat tidak mungkin untuk membasmi tikus di alam secara total. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tanam dan panen padi serempak sehingga pakan padi generatif bisa dibatasi agar perkembangbiakan tikus tidak terjadi terus-menerus.
Pengendalian hama tikus harus dilakukan secara terpadu oleh pemilik area persawahan sehingga tikus tidak akan berpindah dan berputar dari salah satu area persawahan ke area lain terus menerus. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh banyak orang agar populasi tikus di area persawahan bisa dikendalikan karena sangat tidak mungkin untuk membasmi tikus di alam secara total. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tanam dan panen padi serempak sehingga pakan padi generatif bisa dibatasi agar perkembangbiakan tikus tidak terjadi terus-menerus.
Sanitasi
habitat juga perlu dilakukan dengan cara membersihkan semak dan gulma pada
beberapa tempat yang kerap kali digunakan sebagai sarang tikus. Sanitasi
habitat ini perlu dilakukan selama musim tanam padi berlangsung. Gropyokan
massal perlu dilakukan oleh seluruh petani secara serempak. Pengemposan atau
fumigasi sarang tikus perlu dilakukan agar tikus dewasa dan anak-anaknya bisa
mati tanpa harus membongkar saang tersebut. Pada daerah yang endemik dengan
serangan tikus, Trap Barrier System perlu diterapkan dengan ukuran 20 x 20 cm
untuk mengamankan areal tanam padi seluas 15 ha. Linier Trap Barrier System
(LTBS) bisa digunakan untuk menangkan tikus.
Musuh alami tikus di alam merupakan cara yang paling mudah untukmengendalikan hama tikus Rodentisida dianjurkan digunakan jika populasi tikus sangat tinggi misalnya pada masa awal tanam padi di tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat tinggal utama tikus.
Musuh alami tikus di alam merupakan cara yang paling mudah untukmengendalikan hama tikus Rodentisida dianjurkan digunakan jika populasi tikus sangat tinggi misalnya pada masa awal tanam padi di tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat tinggal utama tikus.
Cara-cara
lokal untuk menangkap atau menakuti tikus juga bisa digunakan dan terbukti
efektif untuk mengurangi serangan hama tikus pada tanaman padi
masyarakat. Monitoring dini pada keberadaan serta aktivitas tikus perlu
diupayakan dan juga kewaspadaan terhadap migrasi mendadak tikus dalam jumlah
besar dari daerah lain perlu ditingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar